Life’s Beautiful

One life, one earth, zillions to share…

Ayo Bangkit! May 21, 2007

Filed under: Uncategorized — pratiwi @ 9:27 am

Sejak tahun 1908, tanggal  20  Mei  ditetapkan dan  diperingati  sebagai  Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia.  Sejak itulah terjadi titik balik perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.  Bermula dari perlawanan-perlawanan lokal bersenjata, berganti menjadi perlawangan nasional melalui pergerakan organisasional –sebuah cara baru dalam melawan penjajah Belanda.
 

Ide tersebut bermula ketika sekelompok kaum intelektual yang peduli terhadap nasib bangsa mendirikan organisasi “Boedi Oetomo” yang berarti “kebaikan yang diutamakan”.  Organisasi tersebut dimotori oleh Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Soewardi Soerjoningrat, yang mengumandangkan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa melawan penjajahan. Disinilah fenomena nasionalisme bangkit yang kemudian mentransformasikan tatanan tradisional menuju komunitas modern yang sama-sama bertekad mencapai kemerdekaan bagi
Indonesia.
 

Perlawanan demi perlawanan, hingga akhirnya
Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
 

Waktu demi waktu sejak jaman penjajahan hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan saat ini,
Indonesia telah mengalami proses sejarah yang pasang-surut.  Mulai dari upaya menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, ancaman perpecahan pemerintahan dari dalam, hingga kini ancaman “penjajahan” dalam bentuk yang kompleks.
 

Krisis ekonomi 1998 telah menyeret
Indonesia ke dasar jurang masalah yang multi-dimensi.
Sembilan tahun setelah krisis, kini Pemerintah dengan bangga memperlihatkan jumlah devisa yang mencapai lebih dari US$49 milyar.  Namun, hanya segelintir orang dari 230 juta jiwa Indonesia yang dapat tersenyum lebar karenanya.   

Mengapa? Tingkat pengangguran yang diikuti tingkat kemiskinan melonjak, harga beras dan minyak meroket, praktek korupsi masih merajalela, penegakan hukum masih rapuh, hujat menghujat dan tuding menuding masih menghiasi halaman-halaman media massa, sistem pendidikan masih lemah, suhu politik masih naik turun tak menentu, penyakit flu burung masih terus berjalan, bencana alam datang silih berganti, serta keamanan yang masih rentan.  Ini semua tentu saja telah menimbulkan penyakit sosial tersendiri. 

Maka, bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya menyikapi Hari Kebangkitan Nasional tahun 2007 ini? 

Bila masih ada secuil semangat kebangsaan di dalam hati, maka, inilah waktunya bagi setiap individu untuk menyulutkan energi yang telah dirintis oleh Boedi Oetomo untuk bangkit memperbaiki negeri ini dari segala aspek, dengan menyampingkan kepentingan egosentrisisme, baik individu, kelompok, aliran, kesukuan, dan lain-lain. 

Bagaimana memulainya? Tidak usah yang muluk-muluk. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti: membuang sampah pada tempatnya, tidak menyerobot saat berkendara atau antre, berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah meski jalan sepi dan tidak ada petugas polisi, tidak menyogok petugas saat memperpanjang SIM atau KTP, tidak menghujat orang lain atau bergunjing, menyalurkan zakat sesuai kewajiban, melaporkan kepada yang berwajib bila melihat sesuatu yang mencurigakan, menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, tidak berlebih dalam melakukan hal apapun, meningkatkan budaya baca, hemat listrik, hemat air, saling bertegur sapa dengan tetangga, berbicara dengan sopan dan saling menghormati, dan mensyukuri atas apapun yang dimiliki hari ini dan berupaya secara positif untuk hari esok yang lebih baik.  

 

 

 

Dengan menguatkan adab-adab yang mungkin terlihat kecil, ”bata-bata” yang terdiri dari ”adab-adab” kecil tersebut bila disusun dengan rapih, maka akan menjadikan benteng peradaban yang kuat dan kokoh apabila dilakukan secara teguh dan konsisten. 

Keyakinan itu harus  dibangkitkan, dengan energi yang masih tersedia, Insya Allah kita mampu melawan dan menyelesaikan persoalan yang sedang mencengkeram bangsa kita. Kalau orang-orang terdahulu dengan sandang pangan seadanya mampu mengusir penjajahan, mengapa kita yang sudah diberikan ”Kemerdekaan” tidak dapat mengusir penjajahan dalam bentuk baru yang kini berupaya mencengkeram Indonesia? Ataukah engkau enggan melakukannya?  

Ayo kita bangkitkan semangat di diri kita masing-masing dan tularkan kepada orang-orang di sekeliling Anda untuk membangun Indonesia kembali!**

 

Tanggung Jawab Dalam Berekspresi

Filed under: Uncategorized — pratiwi @ 9:23 am

Membaca merupakan keharusan untuk terus mengembangkan diri, dan mengikuti pemberitaan di media massa menjadi salah satu cara untuk mengetahui perkembangan yang ada di sekitar kita. Namun, keprihatinanpun muncul ketika pemberitaan yang sedang menjadi topik utama perbincangan ditunggangi kepentingan atau kelompok tertentu dengan membumbuinya dengan komentar yang menyesatkan, dipolitisir, pretensius, sehingga timbul persepsi yang keliru yang justru berakibat menghancurkan bangsa ini.

Kita mengakui terdapat banyak permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini. Komentar berbagai pihak dan kalangan yang bermunculan di pemberitaan meramaikan isu yang sedang ”hot”, mulai dari kinerja pemerintah, bencana alam, dakwaan KKN, hingga topik gossip rumah tangga selebritis dan lain-lain. Namun sayangnya, dengan kepentingan yang berbeda-beda dan dalih kebebasan berekspresi, pendapat seringkali disampaikan secara menghujat, menelanjangi pihak lain tanpa fakta yang benar dan bahkan pretensius.

Kebebasan berekepresi merupakan suatu kebaikan, apabila disampaikan secara bertanggung jawab dan menghormati hak azasi manusia. Sebagaimana George B. Shaw, Penerima Nobel Sastra 1925 mengatakan bahwa ”Kebebasan berarti tanggung jawab. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan orang takut terhadapnya.” The NTU Tribune juga menyerukan ”Dengan kebebasan yang lebih luas, tanggung jawabpun semakin besar.”

Sifat dan budaya bertanggung jawab ini perlu dibangun, dan bukan dengan cara lempar isu secara bebas kemudian bersembunyi di balik tirai institusi. Akselerasi kemajuan masyarakat Indonesia akan terhambat bila kultur membumbui sesuatu yang tidak perlu, apalagi tidak benar, terus dipelihara dan diekspos. Sebagai akibatnya, banyak waktu terbuang untuk berpolemik ketimbang berkonsentrasi untuk membangun bangsa secara lebih beretika.

Di masa lampau, azas praduga tidak bersalah masih dijunjung tinggi. Pemberitaan menggunakan inisial terhadap orang-orang yang masih dalam kategori dugaan. Namun belakangan, orang yang masih didugapun sudah ibaratnya seorang bandit. Nama lengkap, data pribadi, hingga fotopun diekspos sehingga menjadi suatu hukuman sosial yang tidak adil (unfair social punishment) tentu saja cara berekpresi seperti ini melanggar hak azasi manusia. Tidak sedikit korban di Indonesia yang telah jatuh akibat berita ”bulan-bulanan” yang menyesatkan berazas pretensi, meski pada akhirnya yang bersangkutan terbukti tidak bersalah. Namun opini masyarakat sudah terlanjur terbentuk dan untuk mengembalikan reputasi yang sudah terkoyak, misalnya melalui hak jawab, seringkali ibarat berenang melawan arus.

Tanpa bermaksud mengekang ekspresi, sudah saatnya segenap bangsa Indonesia menggunakan hak kebebasan berekspresi secara lebih bertanggung jawab, serta menghentikan segala bentuk polemik yang muncul dengan solusi membangun etika dalam mewujudkan suatu keinginan. Dan bagi pembacapun hendaknya membaca dengan nalar sehat dan empati.

Di dalam Al Qur’an, QS. Al-Hujuraat Ayat 6 menyebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”.

Memang masih banyak tugas yang harus diemban kita semua untuk membangun negeri secara beretika, bermoral dan produktif dalam mencapai masyarakat yang adil, beradab dan sejahtera.* Pratiwi Ibnu Tadji

 

Adapting with Changes May 3, 2007

Filed under: Uncategorized — pratiwi @ 7:39 am

Changes always occur around us contributing to the shifting customer demand with no bargain on higher quality of services and products. New innovative players –on top of globalization era, are joining the competition resulting in a much tougher business environment.

Pratiwi Ibnu Tadji, Emerson Communications Consultant Director said, “Adapting with the dynamic changes requires every organization’s full commitment strengthened by flexible, strong and dedicated teams in each level of the organization.” These teams will become ingredients to create the desired recipe, but the outcome will depend on the process. Pratiwi further said, “The secret recipe of quality is consistency of delivering the right ingredients with the right method.”

Competency is a crucial enabler for employees to adapt with the ever changing business environment to perform high initiatives; while powerful teamwork contributes to high creativity, initiative, and continuous improvements in service excellence. The combination of both reflects on the quality of the organization’s internal culture. **KPS

 

Effective Listening

Filed under: Uncategorized — pratiwi @ 7:37 am

What are the obstacles to effective listening?
Speaking at the “Effective Communications Workshop” held recently, Pratiwi Ibnu Tadji said:
Some of the obtacles can be caused by the listener him/herself! Take a look:
-not patient enough, hurrying the speaker or cutting the speaker’s statement in the middle of his/her conveyance
-lack of interest as indicated by the body language
-frequent interruptions
-bias
Working environment
-noisy area
Wrong message at the wrong time
-bad news
-poor choice of words
The speaker himself:
-unable to communicate the messages
-lack of assertiveness
Time constraint could also become an obstacle to effective listening:
-too busy or overburdened
-listening as walking…on his way somewhere
-too many things on mind!
Or the classical causes, such as misinterpretation and language barrier
To improve effective listening, make sure the above obstacles are minimized! or…:
1) strive to always have two-way communication
2) try to listen with focus (don’t let your mind be interrupted)
3) make sure you understand by re-clarifying or re-confirming the statement
Good luck!**MDS

 

Percaya 100% pada Pemberitaan?

Filed under: Life — pratiwi @ 7:31 am

Adakah hal yang sempurna? Tidak ada sesuatupun yang sempurna, kecuali Sang Pencipta, Allah SWT.

Bagaimana tanggapan anda terhadap pers, apakah anda percaya 100% dan menelan apa yang ada di dalamnya? Amatlah miskin pikiran untuk mempercayai 100% apa yang termuat di berita media massa, on-line maupun radio dan televisi meski berita tersebut bersifat editorial (bukan iklan). Sebab, berita yang disiarkan seringkali bias, karena berbagai macam alasan, antara lain:

1. Berita tanpa fakta dan mereka-reka
2. Berita dengan fakta yang salah dan dicoba untuk dikait-kaitkan
3. Berita tidak imbang, karena keterbatasan tempat atau waktu sehingga penjelasan tidak sempurna
4. Berita berdasarkan arus informasi karena rumor
5. Nara sumber tidak akurat
6. Penulis berita tidak akurat
7. Intervensi dari editor / pemilik media
8. Pihak lain yang menyebarkan berita tidak akurat
9. Informasi dikirimkan oleh organisasi melalui berita pers, sebelum dimuat tidak dilakukan cek ulang (terkadang isi berita menjadi dibesar-besarkan atau dikurang-kurangi)
10. Berita seru dan trendi (meski tidak akurat) dan sedang laku dijual untuk konsumsi publik
11. Bad news is good news
12. Kepentingan kelompok
13. Lain-lain

Hak jawab, sering kali tidak bermanfaat secara maksimal sebab banyaknya surat pembaca yang masuk sehingga berita terlanjur tersiar dan membentuk opini tertentu dan saat penjelasan / hak jawab dimuat, bagaikan angin berlalu. Dan lagi, berita biasanya berukuran besar, sedangkan surat pembaca kebanyakan hanya satu kolom dan sudah diedit.

Berita awal -meski tidak akurat, seringkali dijadikan referensi. Walaupun koreksi melalui hak jawab sudah diberikan, namun kebanyakan pembaca (media cetak) atau pendengar (media elektronik) sudah terlanjur mengambil berita awal sebagai hal pokok dan membentuk persepsi tersendiri.

Oleh sebab itu, masyarakat hendaknya lebih arif dalam menelaah berita secara lebih bijaksana, cerdas dan tidak berprasangka, agar tidak terjerumus ke dalam informasi yang salah atau lingkaran yang dapat mengarah kepada fitnah.

***WPH

 

Pelajar Indonesia Menangkan Kompetisi Pidato Tingkat Nasional Singapura

Filed under: World — pratiwi @ 2:01 am

Dua pelajar Indonesia, Laksono Hadi Cokroningrat (16th) dan Surya Laksana (17th), telah memenangkan sebuah kompetisi pidato tingkat nasional di Singapura untuk tingkat SMU dan Pra-Universiti. 

Laksono dan Surya mewakili Serangoon Secondary School, salah satu sekolah pemerintah di Singapura. Ditanya mengenai prestasi yang dicapainya hingga meraih peringkat pertama, Laksono mengatakan, “Kami sangat surprised dapat menduduki posisi teratas, sebab banyak pesaing kami adalah dari sekolah ternama dan tingkat pra-universiti. Namun berkat tekad untuk berpikir dan berbicara secara strategis yang dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak, ditambah lagi karena kami juga membawa nama bangsa Indonesia, kami bersyukur dapat memenangkan kompetisi bergengsi ini.”

Dengan dua pelajar asal Indonesia memenangkan kompetisi di negeri orang, tentunya merupakan hal yang patut dibanggakan oleh Indonesia guna mendorong pelajar-pelajar lainnya untuk lebih berprestasi. Semoga dengan contoh prestasi Laksono dan Surya ini, kelak Indonesia akan mempunyai pemimpin-pemimpin yang berorientasi pada kepentingan umum, dengan kompetensi yang handal, dan memiliki spirit teamwork yang kuat.

Selamat!

Pratiwi Ibnu Tadji, April-May 2007