Sejak tahun 1908, tanggal 20 Mei ditetapkan dan diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia. Sejak itulah terjadi titik balik perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Bermula dari perlawanan-perlawanan lokal bersenjata, berganti menjadi perlawangan nasional melalui pergerakan organisasional –sebuah cara baru dalam melawan penjajah Belanda.
Ide tersebut bermula ketika sekelompok kaum intelektual yang peduli terhadap nasib bangsa mendirikan organisasi “Boedi Oetomo” yang berarti “kebaikan yang diutamakan”. Organisasi tersebut dimotori oleh Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Soewardi Soerjoningrat, yang mengumandangkan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa melawan penjajahan. Disinilah fenomena nasionalisme bangkit yang kemudian mentransformasikan tatanan tradisional menuju komunitas modern yang sama-sama bertekad mencapai kemerdekaan bagi
Indonesia.
Perlawanan demi perlawanan, hingga akhirnya
Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Waktu demi waktu sejak jaman penjajahan hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan saat ini,
Indonesia telah mengalami proses sejarah yang pasang-surut. Mulai dari upaya menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, ancaman perpecahan pemerintahan dari dalam, hingga kini ancaman “penjajahan” dalam bentuk yang kompleks.
Krisis ekonomi 1998 telah menyeret
Indonesia ke dasar jurang masalah yang multi-dimensi. Sembilan tahun setelah krisis, kini Pemerintah dengan bangga memperlihatkan jumlah devisa yang mencapai lebih dari US$49 milyar. Namun, hanya segelintir orang dari 230 juta jiwa Indonesia yang dapat tersenyum lebar karenanya.
Mengapa? Tingkat pengangguran yang diikuti tingkat kemiskinan melonjak, harga beras dan minyak meroket, praktek korupsi masih merajalela, penegakan hukum masih rapuh, hujat menghujat dan tuding menuding masih menghiasi halaman-halaman media massa, sistem pendidikan masih lemah, suhu politik masih naik turun tak menentu, penyakit flu burung masih terus berjalan, bencana alam datang silih berganti, serta keamanan yang masih rentan. Ini semua tentu saja telah menimbulkan penyakit sosial tersendiri.
Maka, bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya menyikapi Hari Kebangkitan Nasional tahun 2007 ini?
Bila masih ada secuil semangat kebangsaan di dalam hati, maka, inilah waktunya bagi setiap individu untuk menyulutkan energi yang telah dirintis oleh Boedi Oetomo untuk bangkit memperbaiki negeri ini dari segala aspek, dengan menyampingkan kepentingan egosentrisisme, baik individu, kelompok, aliran, kesukuan, dan lain-lain.
Bagaimana memulainya? Tidak usah yang muluk-muluk. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti: membuang sampah pada tempatnya, tidak menyerobot saat berkendara atau antre, berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah meski jalan sepi dan tidak ada petugas polisi, tidak menyogok petugas saat memperpanjang SIM atau KTP, tidak menghujat orang lain atau bergunjing, menyalurkan zakat sesuai kewajiban, melaporkan kepada yang berwajib bila melihat sesuatu yang mencurigakan, menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, tidak berlebih dalam melakukan hal apapun, meningkatkan budaya baca, hemat listrik, hemat air, saling bertegur sapa dengan tetangga, berbicara dengan sopan dan saling menghormati, dan mensyukuri atas apapun yang dimiliki hari ini dan berupaya secara positif untuk hari esok yang lebih baik.
Dengan menguatkan adab-adab yang mungkin terlihat kecil, ”bata-bata” yang terdiri dari ”adab-adab” kecil tersebut bila disusun dengan rapih, maka akan menjadikan benteng peradaban yang kuat dan kokoh apabila dilakukan secara teguh dan konsisten.
Keyakinan itu harus dibangkitkan, dengan energi yang masih tersedia, Insya Allah kita mampu melawan dan menyelesaikan persoalan yang sedang mencengkeram bangsa kita. Kalau orang-orang terdahulu dengan sandang pangan seadanya mampu mengusir penjajahan, mengapa kita yang sudah diberikan ”Kemerdekaan” tidak dapat mengusir penjajahan dalam bentuk baru yang kini berupaya mencengkeram Indonesia? Ataukah engkau enggan melakukannya?
Ayo kita bangkitkan semangat di diri kita masing-masing dan tularkan kepada orang-orang di sekeliling Anda untuk membangun Indonesia kembali!**